TRADISI SADRANAN JETIS SELOPAMPANG MERIAH
Ratusan Warga Bawa Bucu Tenong dan Ingkung
TEMANGGUNG, Tradisi Sadranan di desa jetis Kecamatan Selopampang
Kabupaten Temanggung yang dilaksanakan Jumat (7/8) berlangsung meriah,
diikuti ratusan warga. Upacara ritual sadranan yang rutin diselenggarakan
setahun sekali pada setiap hari Jum’at Pahing bulan Ruwah itu,
ditandai dengan pesta nasi tenong dan ingkung ayam yang jumlahnya mencapai 500
buah.
Sesepuh Desa Jetis Mukidi yang juga menjabat Kepala
Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) menjelaskan, tradisi
sadranan sudah berlangsung turun temurun sejak dulu kala.
Sadranan diselenggarakan sebagai ungkapan rasya syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkah, rejeki dan keselamatan yang telah diberikan
selama ini, sehingga warga desa bisa hidup tentram dan sejahtera. Selain
itu juga dimaksudkan untuk mengenang arwah para leluhur desa
yang semasa hidupnya telah berjasa merintis keberadaan desa.
“Tradisi sadranan ini dimaksudkan sebagai ungkapan
syukur atas limpahan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa, sekligus untuk
mengenang Nyi Nondo yang diyakini sebagai leluhur perintis desa“ ujarnya
seraya menambahkan, tradisi sadaranan diawali dengan pembacaan Tahlilan
di komplek makam.
Menurutnya, peserta sadranan tidak hanya diikuti warga
Desa Jetis saja namun juga diikuti sejumlah warga luar desa yang mempunyai
leluhur di Jetis. Mereka sambil membawa nasi bucu tenong, ingkung ayam
dan aneka jajanan berdatangan di komplek makam desa yang dijadikan tempat
ritual Sadranan. Seluruh peserta dengan penuh khidmat duduk
berjajar mengikuti seluruh prosesi ritual yang ditandai berdoa bersama,
dipimpin ulama desa. Seusai doa untuk memohon keselamatan dan limpahan
rejeki dari yang maha kuasa, makanan yang mereka bawa kemudian dinikmati
sebagai ungkapan syukur.
Sementara itu sembari menikmati makanan,
beberapa petugas mengambil potongan nasi bucu berikut sebagian lauk pauk
dan jajanan untuk dikumpulkan . Hasil makanan yang dikumpulkan, setelah dikemas
dalam ratusan kantong plastik, kemudian dibagikan kepada seluruh peserta
dan tamu undangan sebagai nasi berkat untuk dibawa pulang.
“Dengan pembagian nasi berkat ini, sebagai
tanda bahwa seluruh prosesi ritual sadranan telah selesai. Warga
dengan penuh rasa bahagia meninggalkan komplek makam pulang
ke rumah masing-masing guna beraktifitas kembali sebagaimana biasanya“
tandasnya.
Kepala Desa Jetis , Sudibyo, SE mengatakan, tradisi
sadranan akan terus dilestarikan di masa-masa mendatang sebagai
warisan budaya dari nenek moyang. Diutarakan, melalui penyelenggaraan ritual
sadranan selain dimanfaatkan untuk doa bersama dan
ungkapan syukur, juga sekaligus sebagai wahana mempererat tali persaudaraan
sesama warga.
POTENSI
Tanaman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Tembarak antara lain : Padi,
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah. Untuk Tanaman sayuran antara
lain : Bawang Putih, Bawang Merah, Kentang, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah.
Untuk Buah-buahan antara lain : Durian, Rambutan, Jambu Biji, Klengkeng,
Pepaya, Pisang. Tanaman Perkebunan antara lain : Kopi Arabika, Kopi Robusta,
Cengkeh, Kelapa, Kapulogo, Tembakau, Panili. Peternakan antara lain : Sapi
Potong, Kambing, Domba, Ayam Buras, Ayam Ras Itik, Entok, Angsa. Perikanan
antara lain : Karper, Nila, Lele, Tawes, Gabus, Udang, Kodok.
Banyaknya Sekolah dan Murid tahun ajaran 2008/2009 SD Negeri 13 buah, murid laki-laki 884 orang perempuan 864 orang dengan jumlah guru 99 PNS dan 39 Non PNS, SD Swasta 2 buah, murid laki-laki 101 orang perempuan 101 orang dengan jumlah guru - PNS dan - Non PNS. Untuk SLTP Negeri 1 buah, murid laki-laki 261 orang perempuan 307 orang dengan jumlah guru 25 orang, SLTP Swasta 1 buah, murid laki-laki 106 orang perempuan 70 orang dengan jumlah guru 16 orang. Untuk SLTA Negeri 1 buah, murid laki-laki 215 orang perempuan 149 orang dengan jumlah guru 26 orang, SLTA Swasta 2 buah, murid laki-laki 1664 orang perempuan 119 orang dengan jumlah guru 35 orang.
sudah bagus artikelnya, judulnya lebih ditepatkan lagi
BalasHapusSudah bagus,studi kasusnya juga sudah jelas.
BalasHapuswah bagus sekali..sudah kayak berita dikoran.
BalasHapustspi ysng bagian "pendidikan" maksudnya gimana hehe
tema yang diangkat sudah mmewakili studi kasus sosiologi antropologi, sudah mengangkat budaya lokal yang ada di sekitar kita.
BalasHapusbegitu bermanfaat skali ilmunya,,jadi ilmu tentang tradisi dari temanggung ini dapat menambah ilmu kita mengenai kajian antropologi.
BalasHapusartikelnya bermanfaat, tapi hubungannya sama pendidikan dan potensi itu kaitannya gmn ya?
BalasHapusmenarik sekali.
BalasHapusbudaya lokal yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.
he
Tradisin yang luhur patut di jaga dan di lestarikan.
BalasHapuspostingan artikel ke dalam blog pribadi mengenai kebudayaan lokal sendiri bisa dijadikan sebagai ajang promosi sekaligus pelestarian juga nie,,,sssiiiippp...
BalasHapusgoodjob...
apakah TRADISI SADRANAN JETIS SELOPAMPANG mengalami perubahan baik itu dari sosialnya maupun budayanya...
BalasHapusterimakasih salam pramuka