Jumat, 16 Desember 2011


TRADISI SADRANAN JETIS SELOPAMPANG MERIAH
Ratusan Warga Bawa  Bucu Tenong dan Ingkung



TEMANGGUNG, Tradisi Sadranan di desa jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung  yang dilaksanakan Jumat (7/8) berlangsung meriah, diikuti ratusan warga. Upacara ritual sadranan yang rutin diselenggarakan setahun sekali  pada setiap hari Jum’at  Pahing bulan Ruwah itu, ditandai dengan pesta nasi tenong dan ingkung ayam yang jumlahnya mencapai 500 buah.

     Sesepuh Desa Jetis Mukidi yang juga menjabat Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra)  menjelaskan, tradisi sadranan  sudah  berlangsung turun temurun  sejak dulu kala. Sadranan diselenggarakan  sebagai ungkapan rasya syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa  atas  berkah, rejeki dan keselamatan yang telah diberikan selama ini, sehingga warga desa bisa hidup  tentram dan sejahtera. Selain itu  juga dimaksudkan untuk mengenang arwah para leluhur  desa  yang semasa hidupnya telah berjasa merintis  keberadaan desa.

     “Tradisi sadranan ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas limpahan  rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa, sekligus untuk mengenang Nyi Nondo yang diyakini sebagai  leluhur perintis desa“ ujarnya seraya menambahkan, tradisi sadaranan diawali dengan  pembacaan Tahlilan di komplek makam.

     Menurutnya, peserta sadranan tidak hanya diikuti warga Desa Jetis saja namun juga diikuti sejumlah warga luar desa yang mempunyai leluhur di Jetis. Mereka  sambil membawa nasi bucu tenong, ingkung ayam dan aneka jajanan  berdatangan di komplek makam desa yang dijadikan tempat ritual Sadranan.   Seluruh peserta dengan penuh khidmat  duduk berjajar mengikuti seluruh prosesi ritual yang ditandai  berdoa bersama, dipimpin ulama  desa. Seusai doa untuk memohon keselamatan dan limpahan rejeki dari yang maha kuasa,  makanan yang mereka bawa kemudian dinikmati sebagai ungkapan syukur. 
     Sementara itu sembari  menikmati makanan,  beberapa petugas  mengambil potongan nasi bucu berikut sebagian lauk pauk dan jajanan untuk dikumpulkan . Hasil makanan yang dikumpulkan, setelah dikemas dalam  ratusan kantong plastik, kemudian dibagikan kepada seluruh peserta dan tamu undangan sebagai nasi berkat  untuk dibawa pulang. 
     “Dengan pembagian  nasi berkat ini,  sebagai tanda  bahwa seluruh prosesi ritual sadranan  telah selesai. Warga dengan penuh rasa  bahagia meninggalkan komplek makam  pulang  ke rumah masing-masing guna beraktifitas  kembali sebagaimana biasanya“ tandasnya.
     Kepala Desa Jetis , Sudibyo, SE mengatakan, tradisi sadranan  akan terus dilestarikan  di masa-masa mendatang sebagai warisan budaya dari nenek moyang. Diutarakan, melalui penyelenggaraan ritual sadranan  selain dimanfaatkan untuk   doa bersama  dan ungkapan syukur, juga sekaligus sebagai wahana mempererat tali persaudaraan sesama warga.



POTENSI

Tanaman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Tembarak antara lain : Padi, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah. Untuk Tanaman sayuran antara lain : Bawang Putih, Bawang Merah, Kentang, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah. Untuk Buah-buahan antara lain : Durian, Rambutan, Jambu Biji, Klengkeng, Pepaya, Pisang. Tanaman Perkebunan antara lain : Kopi Arabika, Kopi Robusta, Cengkeh, Kelapa, Kapulogo, Tembakau, Panili. Peternakan antara lain : Sapi Potong, Kambing, Domba, Ayam Buras, Ayam Ras Itik, Entok, Angsa. Perikanan antara lain : Karper, Nila, Lele, Tawes, Gabus, Udang, Kodok. 


PENDIDIKAN 
Banyaknya Sekolah dan Murid tahun ajaran 2008/2009 SD Negeri 13 buah, murid laki-laki 884 orang perempuan 864 orang dengan jumlah guru 99 PNS dan 39 Non PNS, SD Swasta 2 buah, murid laki-laki 101 orang perempuan 101 orang  dengan jumlah guru - PNS dan - Non PNS. Untuk SLTP Negeri 1 buah, murid laki-laki 261 orang perempuan 307 orang dengan jumlah guru 25 orang, SLTP Swasta 1 buah, murid laki-laki 106 orang perempuan 70 orang dengan jumlah guru 16 orang. Untuk SLTA Negeri 1 buah, murid laki-laki 215 orang perempuan 149 orang dengan jumlah guru 26 orang, SLTA Swasta 2 buah, murid laki-laki 1664 orang perempuan 119 orang dengan jumlah guru 35 orang.

10 komentar:

  1. sudah bagus artikelnya, judulnya lebih ditepatkan lagi

    BalasHapus
  2. Sudah bagus,studi kasusnya juga sudah jelas.

    BalasHapus
  3. wah bagus sekali..sudah kayak berita dikoran.
    tspi ysng bagian "pendidikan" maksudnya gimana hehe

    BalasHapus
  4. tema yang diangkat sudah mmewakili studi kasus sosiologi antropologi, sudah mengangkat budaya lokal yang ada di sekitar kita.

    BalasHapus
  5. begitu bermanfaat skali ilmunya,,jadi ilmu tentang tradisi dari temanggung ini dapat menambah ilmu kita mengenai kajian antropologi.

    BalasHapus
  6. artikelnya bermanfaat, tapi hubungannya sama pendidikan dan potensi itu kaitannya gmn ya?

    BalasHapus
  7. menarik sekali.
    budaya lokal yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.
    he

    BalasHapus
  8. Tradisin yang luhur patut di jaga dan di lestarikan.

    BalasHapus
  9. postingan artikel ke dalam blog pribadi mengenai kebudayaan lokal sendiri bisa dijadikan sebagai ajang promosi sekaligus pelestarian juga nie,,,sssiiiippp...
    goodjob...

    BalasHapus
  10. apakah TRADISI SADRANAN JETIS SELOPAMPANG mengalami perubahan baik itu dari sosialnya maupun budayanya...
    terimakasih salam pramuka

    BalasHapus